Selasa, 02 Agustus 2011

SOSIALISME KAUM MARXIS


Karl Marx, pelopor utama gagasan "sosialisme ilmiah" dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya ahli hukum dan di umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn,juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena. Meninggal tahun 1883.
Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.
Dikenal sebagai teoritikus dan organisator gerakan sosialisme di Jerman. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh).

Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme.
Sosialisme adalah paham yang bertujuan menciptakan negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi hak milik perseorangan. Titik berat paham ini pada masyarakat bukan pada individu sebagai suatu aliran pemikiran/paham tidak dapat dilepaskan dari pengaruh “liberalisme”.
Inti dari paham sosialisme adalah suatu usaha untuk mengatur masyarakat secara kolektif. Artinya semua individu harus berusaha memperoleh layanan yang layak demi terciptanya suatu kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan hakikat manusia yang bukan sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi manusia juga harus saling tolong-menolong.

Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan kemiskinan. Ciri ini merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya sosialisme. Hal ini ditandai dengan penentangan terhadap ketimpangan kelas-kelas sosial yang terjadi pada negara feodal.
Sosialisme ilmiah menurut Marx :

Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan_pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan datang karena dinilai baik atau karena kapitalisme dinilai jahat, melainkan karena syarat-syarat obyektif penghapusan hak milik pribadi atau alat-alat produksi terpenuhi.
Dan kapitalisme itu sendiri adalah sistem dimana alat-alat produksi dikuasai oleh minoritas, kaum buruh dieksploitir, dan proses akumulasi kapital didorong oleh persaingan antara perusahaan-perusahaan.
Ada juga kapitalisme negara (seperti halnya di negara Uni Soviet) dimana negara sendiri kapitalisme negara bertindak seperti perusahaan besar, dan persaingan bisa mengambil bentuk non-pasar seperti persaingan militer (seperti dalam Perang Dingin).

Sosialisme adalah sebuah masyarakat dimana kaum pekerja sendiri yang menguasai alat-alat produksi dan merencanakan ekonomi secara demokratik dan semua ini secara internasional.
Bilamana menilik di dalam sejarahnya, sosialisme muncul ketika feodalisme tersingkir, dan masyarakat merdeka kapitalis muncul di dunia, maka muncullah suatu sistem untuk penindasan dan eksploitasi terhadap golongan pekerja.

Disinilah berbagai doktrin sosialis muncul sebagai refleksi dari protes terhadap penindasan ini. Dan sosialisme pada awalnya, bagaimanapun merupakan sosialisme utopis. Ia mengkritik masyarakat kapitalis, mengutuknya, memimpikan keruntuhan kapitalisme. Ia mempunyai gagasan akan adanya pemerintahan yang lebih baik. Ia berusaha membuktikan kepada orang-orang bahwa eksploitasi itu tak bermoral. (red, akan tetapi disini perspektif sosialisme Marx menolak pada pertimbangan-pertimbangan moral).

Namun sosialisme utopis tidak memberikan solusi nyata. Ia tak dapat menjelaskan sifat sebenarnya dari perbudakan di bawah sisitem kapitalisme. Ia tak mampu mengungkapkan hukum-hukum perkembangan kapitalis atau memperlihatkan kekuatan sosial apa yang mampu membentuk suatu masyarakat yang baru.
Inti dari Marxisme ialah revolusi proletarian yang dieskpresikan di bidang teori. Untuk membuktikan argumentasi ini secara penuh, kita perlu menelusuri hubungan-hubungan yang ada antara keadaan hidup proletariat serta perjuangannya dengan ajaran-ajaran utama teori Marxis. Hal ini tidak bisa dilakukan secara lengkap dalam buku kecil semacam ini. Kita hanya akan menggambarkannya dalam garis besar.
Mari kita mulai dari prinsip-prinsip pokok program politik Marxis. Yang pertama adalah orientasi internasionalis. Pentingnya internasionalisme ini dalam pemikiran Marx tidak bisa disangkal, namun internasionalisme Marxis bukanlah komitmen moral yang bersifat abstrak (sebetulnya liberal borjuis) kepada semacam "persaudaraan internasional semua bangsa", melainkan mendasarkan diri pada keberadaan proletariat sebagai kelas internasional, yang diciptakan oleh pasar kapitalis sedunia, dan terpaksa harus berjuang di tingkat internasional untuk melawan sistem kapitalisme itu.

Pernyataan dalam Manifesto Komunis bahwa "kaum buruh tidak mempunyai tanah air" dan bahwa "perselisihan-persilisihan dan antagonisme-antagonisme nasional antara bangsa-bangsa makin lama makin menghilang, disebabkan oleh perkembangan borjuasi, oleh kemerdekaan berdagang, oleh pasar dunia, oleh keseragaman dalam cara produksi, dan dalam syarat-syarat hidup yang selaras dengan itu" sering dianggap berlebihan atau bahkan keliru sama sekali, mengingat pengaruh ideologi nasionalisme kepada kelas buruh sangatlah kuat. Meskipun demikian, pernyataan tersebut tetap benar karena mengidentifikasikan kecenderungan obyektif. Cara-cara produksi (dan budaya-budaya) negeri yang berbeda-beda seperti misalnya Jepang, Australia dan Indonesia memiliki jauh lebih banyak persamaan dewasa ini dibandingkan seabad yang lalu. Selain itu kelas buruh, walaupun masih dipengaruhi nasionalisme, toh mampu untuk menjalankan organisasi dan persekutuan internasional. Itu tidakm ungkin dijalankan oleh kaum tani.
Sifat dasar dari internasionalisme Marxis adalah prioritasnya kepada kepentingan global kelas buruh. Hal ini bisa dijelaskan secara lebih konkrit. Misalnya seorang buruh revolusioner yang belum pernah meninggalkan kampung halamannya dan tidak dapat berbahasa asing, tetapi melawan pemerintah nasional di masa perang ialah seorang internasionalis. Sedangkan seorang profesor terhormat yang pernah berkeliling dunia, yang fasih dalam selusin bahasa, tetapi di masa perang tetap menyokong pemerintah borjuis adalah seorang nasionalis.
Yang kedua ialah masalah kepemilikan alat-alat produksi. Banyak pengamat (pengamat borjuis tetapi juga banyak yang menganggap dirinya "Marxis") percaya bahwa prinsip utama Marxisisme dan sosialisme adalah nasionalisasi alat-alat produsksi tersebut. Kaum sosialis yang beranggapan begini biasanya menganjurkan argumentasi sebagai berikut. Kapitalisme, yang sama dengan kepemilikan swasta, adalah irasional dan tidak adil, dan menyebabkan krisis ekonomi serta kemiskinan, perang dsb. Seandainya perusahaan-perusahaan ada di tangan aparatur negara dan disertai dengan perencanaan ekonomi, maka keadaan akan menjadi lebih rasional dan adil. Perjuangan kelas buruh dimengerti sebagai cara untuk mencapai tujuan (nasionalisasi) itu. Jika timbul cara alternatif, seperti perang gerilya atau proses parlementar, cara-cara ini mungkin saja dianggap cocok juga. Buat pengamat ini, proses nasionalisasi adalah tujuannya. Perjuangan kelas buruh hanya alat saja.
Pendekatan Marxis jauh berbeda. Proletariat sedang berjuang melawan kaum kapitalis yang menghisap dan menindas kaum buruh. Satu-satunya cara untuk memenangkan perjuangan ini dan membebaskan diri adalah dengan mengalahkan kelas kapitalis di kancah politik serta merebut alat-alat produksi mereka. Itu hanya mungkin jika proletariat menciptakan aparatus negara yang baru. Pendekatan ini dijelaskan dalam Manifesto Komunis:

Telah kita lihat diatas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan perjuangan demokrasi. Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi selangkah, semua kapital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi kedalam tangan negara, artinya, proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa; dan untuk meningkatkan jumlah tenaga-tenaga produktif secepat mungkin.
Untuk kaum Marxis, pembebasan kelas buruh adalah tujuannya; nasionalisasi perkakas produksi adalah cara saja.

Perselisihan ini – "kedua jiwa sosialisme" -- sangatlah penting, dan kita akan kembali ke hal itu berkali-kali.
Tujuan sosialis yang terakhir – masyarakat tanpa perbedaan kelas – tentunya adalah aspirasi umat manusia sejak dahulu kala. Namun Marxisme berbeda karena mendasarkan aspirasi ini, sebagai kemungkinan realistis, pada perkembangan proletariat, "sebuah kelas yang karena posisinya dalam masyarakat, hanya dapat membebaskan diri dengan menghapuskan semua kekuasaan yang berkelas, semua perhambaan dan penghisapan." Sekali lagi kita kutip dari ManifestoK omunis:

Semua kelas terdahulu yang memperoleh kekuasaan, berusaha memperkuat kedudukan yang telah diperolehnya dengan menundukkan seluruh masyarakat kepada syarat-syarat kepemilikan mereka. Kaum proletar tidak dapat menjadi tuan atas tenaga-tenaga produktif dalam masyarakat, kecuali dengan menghapuskan cara kepemilikan mereka sendiri terlebih dahulu atas tenaga-tenaga produktif, dan dengan begitu menghapuskan juga segala cara kepemilikan terlebih dahulu lainnya. Mereka tidak mempunyai sesuatupun yang harus dilindungi dan dipertahankan, tugas mereka ialah menghancurkan segala perlindungan dan jaminan terdahulu atas milik perseorangan.

Pada akhirnya tujuan dari sosialisme adalah untuk mengembalikan hak-hak manusia yang selama ini di sistem kapitalisme hanya dikuasai dan dihisap oleh segelintir manusia; hak untuk hidup layak dan sejahtera, hak untuk menikmati nilai yang telah diciptakan, hak untuk hidup sebagai manusia seutuhnya, dan membebaskan manusia dari segala perbudakkan, baik perbudakkan secara fisik maupun mental
"Seperti dalam kehidupan biasa kita membedakan antara apa yang dipikir dan dikatakan seseorang tentang dirinya sendiri dengan watak dan kelakuannya yang sebenarnya; lebih lagi dalam perjuangan sosial kita harus membedakan ujaran-ujaran dan khayalan- khayalan semua pihak dari sifat-dasar dan kepentingan mereka yang sebenarnya …"

- Karl Marx, Tanggal 18 Brumaire Louis Bonaparte

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar