Dara Jingga adalah putri dari Tribuanaraja Mauliawarmadewa, raja Kerajaan Dharmasraya dan juga merupakan kakak kandung dari Dara Petak. Dara Jingga memiliki sebutan sira alaki dewa — dia yang dinikahi orang yang bergelar dewa — dinikahi oleh Adwaya Brahman, pemimpin Ekspedisi Pamalayu.
Sedangkan dalam perjalanan kembali dari Ekspedisi Pamalayu, dipimpin oleh Mahesa Anabrang, membawa serta adik dari Dara Jingga, untuk dijodohkan dengan Kertanegara, raja Singhasari. Namun dikarenakan kerajaan Singhasari telah runtuh oleh gempuran Pasukan Khubilai Khan dari kerajaan Tiongkok pada zaman Dinasti Yuan, putri ini (Dara Petak) dijadikan permaisuri oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit dengan gelar Indraswari.
Setelah beberapa lama di Majapahit, akhirnya Dara Jingga memutuskan kembali ke Dharmasraya. Dara Jingga juga dikenal sebagai Bundo Kanduang dalam Hikayat Minangkabau.
Dari pernikahannya, Dara Jingga memiliki putra: (menurut Babad Arya Tabanan):
· Arya Cakradara (suami dari Tribhuwana Wijayatunggadewi)[rujukan?]
· Arya Dhamar (Raja di Palembang)
· Arya Kenceng (Raja Tabanan,Bali)
· Arya Kutawandira
· Arya Sentong
· Arya Belog.
Mengenai putra-putra Dara Jingga selain Arya Damar Adityawarman, masih dipertentangkan menurut sumber-sumber yang lain.
Merekalah yang bersama-sama Gajah Mada, berperang untuk menaklukkan Bali (Bedahulu) pada sekitar tahun 1340. Empat Putra yang terakhir menetap dan mempunyai keturunan di Bali. Arya kenceng kemudian menurunkan raja-raja Tabanan dan Badung (wilayahnya kira-kira meliputi Kabupaten Badung dan Kotamadya Denpasar) yang terkenal dengan perang puputan ketika menghadapi penjajah Belanda pada tahun 1906.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar